Arius Sang Penentang Penuhanan Yesus

Di tulisan yang lalu saya menceritakan tentang Sejarah Konsili Nicea. Sedikit mengingat apa yang telah saya sampaikan, Konsili Nicea adalah konsili yang mengundang 1800 utusan dari gereja-gereja Barat dan Timur. Mereka yang hadir terdiri atas, 1000 orang yang berasal dari Gereja Timur dan 800 dari Gereja Barat.

Namun mayoritas undangan mempunyai pandangan yang sama dengan Arius, yakni meyakini Yesus (Isa a.s.) adalah seorang nabi, manusia biasa. Akhirnya Konstantin mengusir keluar 1482 uskup dan tersisa 318 uskup yang boleh mengikuti persidangan. Dan dari 318 uskup tersebut hanya 2 orang pengikut Arius.

Siapakah Arius?

Arius (250-336 M) adalah salah seorang murid utama Lucian berbangsa Libya yang juga bersama-sama dengan gurunya menegakkan ajaran tauhid kepada Allah. Arius merupakan seorang presbyter (ketua majelis agama/gereja) di gereja Baucalis Alexandria, salah satu gereja tertua dan terpenting di kota itu pada tahun 318 M.

Sejak wafatnya Lucian pada tahun 312 M di tangan orang-orang gereja Paulus, perlawanan Arius terhadap doktrin Trinity semakin memuncak, dan dalam perjuangannya ini, Arius mendapatkan dukungan dua orang saudara Kaisar Konstantin yang bernama Konstantina dan Licines.

Arius dianggap sebagai seorang pemberontak Trinitas dengan mendasarkan teori:
Jika Yesus itu benar-benar anak Tuhan atau Tuhan itu sendiri, maka Bapa harus ada lebih dahulu. Oleh karena itu harus ada “masa” sebelum adanya anak. Artinya anak adalah makhluk. Maka anak itu pun tidak selamanya ada atau tidak abadi. Sedangkan Tuhan yang sebenarnya haruslah abadi, berarti Yesus tidaklah sama dengan Tuhan.“
Atas pandangan Arius tersebut, sebanyak 100 orang pendeta Mesir dan Libya berkumpul untuk mendengar pandangan Arius. Pada waktu inilah juga Arius mengemukakan kembali pendangannya:
Ada masa sebelum adanya Jesus, sedangkan Tuhan sudah ada sebelumnya. Yesus ada kemudian, dan Yesus hanyalah makhluk biasa yang bisa binasa seperti makhluk-makhluk lainnya. Tetapi Tuhan tidak mungkin binasa.
Arius memperkuat pendapatnya dengan sejumlah ayat-ayat Bible seperti Yohanes 14:8, “Bapa lebih besar daripada Yesus”; Seandainya kita mengakui bahwa Yesus adalah sama dengan Tuhan, maka kita harus menolak kebenaran ayat Yohanes tersebut.

Pendapat Arius ini secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut: “Jika Yesus memang 'anak Tuhan', maka akan segera disertai pengertian bahwa 'Bapak Tuhan' haruslah ada terlebih dahulu sebelum adanya sang 'Anak'.

Oleh sebab itu tentulah akan terdapat jurang waktu ketika “Anak” belum ada. Oleh karena, “Anak” adalah makhluk yang tersusun dari sebuah “esensi” atau makhluk yang tidak selalu ada. Dan Tuhan merupakan suatu zat yang bersifat mutlak, kekal, tidak terlihat dan berkuasa, maka Yesus tidak mungkin bisa menjadi sifat yang sama sebagaimana sifat Tuhan.

Argumen Arius ini tidak dapat dilawan lagi, maka mulai tahun 321 M Arius dikenal sebagai seorang Presbyter Pembangkang. Ia mendapat banyak dukungan dari uskup-uskup daerah Timur. Hal ini membuat Konstantin semakin marah.

Arius juga sangat menentang keras keputusan Nicea pada tahun 325 M, sehingga senantiasa mendapatkan tantangan dari orang-orang gereja Paulus. Hasil Konsili Nicea 325 M memutuskan bahwa Yesus/Isa as adalah anak tuhan. Pada tahun 336 Arius dibunuh di Constantinopel dalam satu muslihat yang licik.

Setelah pembunuhan ini segala usaha yang menentang hasil Konsili Nicea, dilawan habis-habisan. Pengikut ajaran Nabi Isa as atau kaum Nasrani atau Ahli Kitab yang tauhid, dihabisi. Pembunuhan dan pengejaran terhadap orang-orang Ahli Kitab yang tauhid ini benar-benar dilakukan oleh penguasa Romawi secara besar-besaran hingga di Barat, kaum Nasrani ini habis. Sebagian mereka berpindah ke Timur namun seiring waktu merekapun terkontaminasi oleh paham Trinitas. Hingga kini, kaum Nasrani sudah tidak ada lagi di dunia. Naskah Injil diseragamkan oleh penguasa. Naskah yang tidak sama dengan pihak gereja versi penguasa dimusnahkan, dihapuskan di bumi Kerajaan Romawi. Inilah sejarah awal tersesatnya ajaran Kristen.

1 komentar: