Ayat-ayat Bibel Bukan Panduan Moral

Sejarah valentine yang bermula dari perayaan kaum kafir penyembah berhala kemudian diadopsi oleh Gereja yakni Paus Gelasius pada tahun 498 M yang menetapkan sebagai hari Valentine untuk menarik masyarakat pagan masuk ke gereja.

Tetapi yang mengejutkan akhir-akhir ini muncul pernyataan dari gereja yang menyatakan bahwa sejarah tokoh Valentine adalah fiktif. Perayaan hari Valentine salah arah. Bahkan pemerintah di Rusia dengan tegas mengeluarkan larangan perayaan hari Valentine. Apa artinya? Artinya Paus Gelasius berbohong.

Bagaimana isi perayaan Valentine, edisi lalu sudah kita bahas. Demikian banyak ritual-ritual maksiat dalam pelaksaan Valentine baik yang tercatat dalam sejarah, maupun dalam rekaman media massa saat ini yang menyimpang jauh dari nilai-nilai susila.

Sebuah contoh, sebuah penelitian di Amerika menemukan bahwa “sumpah perawan perjaka” yang dilakukan gereja pada anak-anak remaja, rata-rata cuma menunda hubungan seks selama 18 bulan, sementara pada saat yang sama, remaja perawan-perjaka yang telah mengucap sumpah ini lebih acap melakukan seks oral dan anal dibanding remaja-remaja yang tidak bersumpah.

Dampak kebijakan ini, persentuhan remaja-remaja Amerika dengan masalah seks sama dengan remaja-remaja di negara-negara maju yang lain, hanya saja remaja-remaja putri Amerika empat atau lima kali lipat mengalami kehamilan, punya bayi, atau melakukan aborsi. Anak-anak muda Amerika juga lebih rentan terinfeksi HIV dan penyakit-penyakit menular seksual lainnya. Angka pengidap penyakit kencing nanah di antara remaja Amerika 70 kali lipat dari remaja-remaja di Belanda dan Prancis.

Sehingga keputusan Pemerintah Rusia melarang perayaan Valentine adalah sangat tepat, untuk melindungi masyarakat Rusia dari kerusakan moral dan kesehatan akibat budaya Valentine.

Namun kita tidak akan membahas Valentine kembali di sini, tapi kita akan membahas, bagaimana gereja bisa menoleransi kegiatan maksiat Valentine yang saat itu diadopsi masuk ke dalam gereja. Apakah gereja tidak menentang kemaksiatan, perzinaan, pelacuran, incest? Bagaimana Bibel sebagai kitab suci umat Kristen membahas tentang masalah-masalah kemaksiatan tersebut di atas?

Allah s.w.t. menurunkan kitab-kitab tentunya untuk menjadi rujukan dalam memecahkan masalah-masalah moral di masyarakat. Orang Kristen yang memiliki Bibel sebagai kitab sucinya meyakini bahwa Bibel kitab mereka menawarkan tuntunan terbaik dalam hal moralitas. Apakah benar demikian? Mari kita simak, kita buka Bibel, pada bagian Perjanjian Lama,

Kitab Amsal 7 : 18-19, Marilah kita memuaskan berahi hingga pagi hari, dan bersama-sama menikmati asmara. Karena suamiku tidak di rumah, ia sedang dalam perjalanan jauh.

Kidung Agung 1:2,13, Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur, Bagiku kekasihku bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku.

Kidung Agung 7:11-12, Mari, kekasihku, kita pergi ke padang, bermalam di antara bunga-bunga pacar! Mari, kita pergi pagi-pagi ke kebun anggur dan melihat apakah pohon anggur sudah berkuncup, apakah sudah mekar bunganya, apakah pohon-pohon delima sudah berbunga! Di sanalah aku akan memberikan cintaku kepadamu! Semerbak bau buah dudaim; dekat pintu kita ada pelbagai buah-buah yang lezat, yang telah lama dan yang baru saja dipetik. Itu telah kusimpan bagimu, kekasihku!

Hosea 3:1, Berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis."

Sayapun baru membaca ayat-ayat di atas dan cukup terkejut seperti pembaca sekalian. Tak mampu berkata apa-apa, hanya terperangah. Dan sungguh bersyukur atas nikmat iman dan Islam yang Allah s.w.t. berikan pada saya.

David M. Carr, Professor Perjanjian Lama di Union Theological Seminary, memandang Bibel sebagai firman yang erotis dalam bukunya The Erotic Word (2003). Istilah-istilah dalam Bibel yang menunjukkan aktifitas seks sebagian besar menggunakan kata-kata yang vulgar dan tidak santun. Bahkan penggunaan eufemisme dipergunakan Bibel untuk organ-organ seks seperti: penis, vagina, klitoris dan payudara. Alat kelamin laki-laki dikiaskan sebagai kaki. Alat kelamin wanita dikiaskan sebagai kebun, pintu, klitoris dikiaskan gagang pintu, payudara dikiaskan buah, kijang, menara, dll.

Simak ayat Bibel berikut:

Kidung Agung 5:2-5, Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. "Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!" "Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?" Kekasihku memasukkan tangannya melalui lobang pintu, berdebar-debarlah hatiku. Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku, tanganku bertetesan mur; bertetesan cairan mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu.

Apakah layak sebuah kitab yang dikatakan suci sebagai tuntunan agama, panduan moralitas memuat kalimat-kalimat yang demikian?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar